KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR TRANSISI DI
ALAM
1.
Pengertian
Unsur Transisi
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi
periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum
terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki
oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion,
aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi
periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya
di alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm
hingga 30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3
dan Na3ScF6.
Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6
persen kerak bumi. Titanium di alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2)
dan ilmenit (FeTiO3). Contohnya senyawa yang mengandung unsur
Titanium TiCl4.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar
0,02 % massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2),
patronit (V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O).
Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5
yang digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu
logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium
ditemukan dalam mineral kromit (FeCr2O4).
Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa
yang mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan
sebagai zat pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa
kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya
ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3),
siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam
Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi
yang terjadi adalah Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g).
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang
dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning),
dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion
Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+.
Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3
(coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2)
dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral
petlantdit [(Fe,Ni)9S8) dan gernarit(H2(NiMg)SiO4-.
2H2O).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal).
Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti
Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3),
kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2).
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O
yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna
biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam),
CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS),
dan calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit
(ZnO.ZnSiO3.H2O).
Dalam
kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar kata-kata sepeti tembaga,besi, emas
dan perak. Bagaimana posisi unsur-unsur tersebut dalam tabel periodik?
Unsur-unsur tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke
lima. Disini kami hanya menjelaskan tentang unsur-unsur transisi periode ke empat.
A.
Sifat-Sifat Fisis
Sifat
|
Sc
|
Ti
|
V
|
Cr
|
Mn
|
Fe
|
Co
|
Ni
|
Cu
|
Zn
|
Nomor atom
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
Massa atom relatif
|
44,96
|
47,90
|
50,94
|
51,99
|
54,94
|
55,85
|
58,93
|
58,71
|
63,54
|
65,38
|
Jari-jari atom (Ã…)
|
1,44
|
1,32
|
1,22
|
1,18
|
1,17
|
1,17
|
1,16
|
1,15
|
1,17
|
1,25
|
Titik didih (ºC)
|
2.831
|
3.287
|
3.380
|
2.672
|
1.962
|
2.750
|
2.870
|
2.732
|
2.567
|
907
|
Titik leleh (ºC)
|
1.541
|
1.660
|
1.890
|
1.857
|
1.244
|
1.535
|
1.495
|
1.453
|
1.083
|
420
|
Rapatan (g/cm3)
|
3,0
|
4,5
|
6,0
|
7,2
|
7,2
|
7,9
|
8,9
|
8,9
|
8,9
|
7,1
|
Energi ionisasi (kJ/mol)
|
631
|
658
|
650
|
652
|
717
|
759
|
758
|
737
|
745
|
906
|
Keelektronegatifan
|
1,3
|
1,5
|
1,6
|
1,6
|
1,5
|
1,8
|
1,8
|
1,8
|
1,9
|
1,6
|
Kekerasan (skala Mohs)
|
-
|
-
|
-
|
9
|
5
|
4,5
|
-
|
-
|
3
|
2,5
|
B.
Sifat Fisis Unsur Transisi Periode
Keempat
I. Unsur-unsur
transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat khas
unsur-unsur transisi periode keempat antara lain :
(1). Unsur-unsur transisi bersifat logam, maka sering
disebut logam transisi.
(2). Bersifat logam, maka mempunyai bilangan oksidasi
positif dan pada umumnya lebih dari satu.
(3). Banyak diantaranya dapat membentuk senyawa
kompleks.
(4). Pada umumnya senyawanya berwarna.
(5). Beberapa diantaranya dapat digunakan sebagai
katalisator.
(6). Titik didih dan titik leburnya sangat tinggi.
(7). Mudah dibuat lempengan atau kawat dan mengkilap.
(8). Sifatnya makin lunak dari kiri ke kanan.
(9). Dapat menghantarkan arus listrik.
(10). Persenyawaan dengan unsur lain mempunyai oksida
positif.
II.Senyawa yang dibentuk pada umumnya
berwarna. Hal ini disebabkan karena konfigurasi elektron unsur transisi
menempati sub kulit d, elektron-elektron
pada orbital d yang tidak penuh
memungkinkan untuk berpindah tempat. Elektron dengan energi rendah akan
berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) dengan menyerap
warna misalnya energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu karena energi
yang diserap besarnya pun tertentu. Struktur elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna
yang pula.
C.
Warna Senyawa Unsur-unsur Transisi Periode
Keempat Dengan Bilangan Oksidasi
Biloks
Unsur
|
+2
|
+3
|
+4
|
+5
|
+6
|
+7
|
Sc
|
-
|
Tbw
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ti
|
-
|
Ungu
|
Tbw
|
-
|
-
|
-
|
V
|
Ungu
|
Hijau
|
Biru
|
Merah
|
-
|
-
|
Cr
|
Biru
|
Hijau
|
-
|
-
|
Jingga
|
-
|
Mn
|
Merah muda
|
Coklat
|
Coklat tua
|
Biru
|
Hijau
|
ungu
|
Fe
|
Hijau
|
Kuning
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Co
|
Merah muda
|
Ungu
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Ni
|
Hijau
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Cu
|
Biru
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Zn
|
Tbw
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tbw : Tidak
berwarna
III. Dapat membentuk ion kompleks, yaitu ion yang terdiri
dari ion logam sebagai ion pusat yang menyediakan orbital d,s, dan p-nya yang
kosong untuk elektron-elektron yang berasal dari ion atau molekul yang
diikatnya yang disebut dengan ligan. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan
demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain,
pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi
masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian,
bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Ikatan yang
terjadi antara ion pusat dengan ligan, yaitu ikatan kovalen koordinasi.
Banyaknya pasangan elektron yang diterima oleh ion logam dinamakan bilangan koordinasi. Bilangan
koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi. Sebagai
contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+
adalah dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+
adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3-
adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Pada umumnya ligan merupakan basa Lewis, yaitu ion
yang dapat memberikan (donor) sepasang atau lebih elektron bebas. Seperti NH3,
NO, H2O, F-, Cl-, CO32-,
NO2-. Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan
elektron bebas (PEB) pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat,
bidentat, dan polidentat. H2O dan NH3 merupakan
ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2,
sering disebut dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan
dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen
chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Secara umum penulisan ion kompleks adalah sebagai berikut.
· L adalah ion
transisi,
· x adalah
ligan,
· n muatan ion
kompleks,
· m bilangan
koordinasi.
Umumnya bilangan koordinasi, dua kali lipat dari biloks
transisi terbesar.
Contohnya besi (Fe) mempunyai biloks +2 dan +3 maka umumnya
bilangan koordinasinya 6, sehingga jika membentuk ion kompleks misalnya dengan
ion CN- maka terbentuk ion kompleks sebagai berikut.
Fe(CN)64-
Fe(CN)63-
Ligan
Ligan
Ion Fe2+ sebagai ion
pusat
Ion Fe3+ sebagai ion pusat
Dari kedua contoh diatas ion Fe(CN)64-
dan Fe(CN)63- masing-masing memiliki muatan ion -4 dan
-3. Bilangan oksidasi (biloks) ion pusat dapat kita tentukan dengan cara
sebagai berikut.
Biloks
[Fe(CN)6]4- =
-4
BO [Fe(CN)6]3- = -3
Biloks
(Fe) + (6CN) =
-4
BO (Fe) + (6CN) = -3
Biloks (Fe)
+ (6 x -1) =
-4
BO (Fe) + (6 x -1) = -3
Biloks Fe -6
=
-4
BO (Fe) -6 = -3
Biloks Fe =
-4 +
6
BO (Fe) = -3 + 6
Biloks Fe =
+2 BO
(Fe) = +3
D.
Penamaan ion/senyawa kompleks
dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
1. Nama
kation ditulis lebih dahulu diikuti anionnya, sama seperti panamaan senyawa
ionik pada umumnya.
2. Penamaan
untuk ion kompleks, disebutkan nama ligannya dengan jumlahnya dan diberi
akhiran o.
3. Jumlah
ligan yang diikat lebih dari satu diberi awalan di (2), tri(3), tetra(4), penta
(5) dan sebagainya.
4. Bilangan
oksidasi logam ditulis dengan angka romawi.
5. Jika ion
kompleks bermuatan negatif, maka nama logam diberi akhiran at. Nama kation logam bermuatan negatif dapat dilihat pada Tabel Nama
Kation dan Anion Kompleks.
6. Dalam ion
kompleks, nama ligan disusun menurut abjad, kemudian dilanjutkan dengan nama
kation logam transisi.
7. Nama
ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat dilihat pada
Tabel Nama Ligan.
1.Tabel Nama Ligan Kompleks
Ligan
|
Nama
|
Amonia,
NH3
|
Amino
|
Sianida,
CN-
|
Siano
|
Air, H2O
|
Aquo
|
Hidroksida,
OH-
|
Hidrokso
|
F‑
|
Fluoro
|
Klorida,
Cl-
|
Kloro
|
Nitrit,
NO2-
|
Nitrito
|
SCN-
|
Tiosiano
|
Bromida,
Br-
|
Bromo
|
Oksida,
O2-
|
Okso
|
Karbonat,
CO32-
|
Karbonato
|
Oksalat,
C2O42-
|
Oksalato
|
Karbon
Monoksida, CO
|
Karbonil
|
Etilendiamin
|
Etilendiamin
(en)
|
2. Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks
Kation
|
Nama
Kation pada Anion Kompleks
|
Aluminium,
Al
|
Aluminat
|
Kromium,
Cr
|
Kromat
|
Kobalt, Co
|
Kobaltat
|
Cuprum, Cu
|
Cuprat
|
Aurum, Au
|
Aurat
|
Ferrum, Fe
|
Ferrat
|
Plumbum,
Pb
|
Plumbat
|
Mangan, Mn
|
Manganat
|
Molibdenum,
Mo
|
Molibdat
|
Nikel, Ni
|
Nikelat
|
Argentum,
Ag
|
Argentat
|
Stannum,
Sn
|
Stannat
|
Tungsten,
W
|
Tungstat
|
Zink, Zn
|
Zinkat
|
3. Tabel Nama Ion Pusat Jika Muatannya Negatif
Ligan
|
Nama
|
Mn
|
Manganat
|
Cu
|
Kuprat
|
Co
|
Kobaltat
|
Cr
|
Kromat
|
Ni
|
Nikelat
|
Fe
|
Ferrat
|
Contohnya adalah sebagai berikut.
Ag(NH3)22+
: ion diamino argentum I
[Cr(NH3)4Cl2]+
: ion tetra amino dikloro kromium III
Fe(CN)63-
: ion heksasiano ferrat III
K4[Fe(CN)6]
: Kalium heksasiano ferrat II
[Co(NH3)6]4 [Fe(CN)6]3
: Heksa amino kobalt III heksasiano ferrat II
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan nama maupun
rumus kimia dari berbagai senyawa kompleks :
1.
Ni(CO)4
Bilangan
koordinasi = 4
Muatan ion
kompleks = 0
Muatan ligan
= 0
Muatan
kation logam transisi = 0
Nama senyawa
= tetrakarbonil nikel (0) atau nikel tetrakarbonil
2.
NaAuF4
Terdiri dari
kation sederhana (Na+) dan anion kompleks (AuF4-)
Bilangan
koordinasi = 4
Muatan anion
kompleks = -1
Muatan ligan
= -1 x 4 = -4
Muatan
kation logam transisi = +3
Nama senyawa
= natrium tetrafluoro aurat (III)
3.
K3[Fe(CN)6]
Terdiri dari
kation sederhana (3 ion K+) dan anion kompleks ([Fe(CN)6]-3)
Bilangan
koordinasi = 6
Muatan anion
kompleks = -3
Muatan ligan
= -1 x 6 = -6
Muatan
kation logam transisi = +3
Nama senyawa
= kalium heksasiano ferrat (III) atau kalium ferrisianida
4.
[Cr(en)3]Cl3
Terdiri dari
kation kompleks ([Cr(en)3]3+) dan anion sederhana (3 ion
Cl-)
Bilangan
koordinasi = 3 x 2 (bidentat) = 6
Muatan
kation kompleks = +3
Muatan ligan
= 3 x 0 = 0
Muatan
kation logam transisi = +3
Nama senyawa
= tris-(etilendiamin) kromium (III) klorida
5.
Pentaamin kloro kobalt (III) klorida
Terdapat 5
NH3, satu Cl-, satu Co3+, dan ion Cl-
Muatan
kation kompleks = (5 x 0) + (1 x -1) + (1 x +3) = +2
Untuk
membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion Cl-
Rumus
senyawa kompleks = [Co(NH3)5Cl]Cl2
6.
Dikloro bis-(etilendiamin) platinum (IV)
nitrat
Terdapat 2
Cl-, 2 en, satu Pt4+, dan ion NO3-
Muatan
kation kompleks = (2 x -1) + (2 x 0) + (1 x +4) = +2
Untuk
membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion NO3-
Rumus
senyawa kompleks = [Pt(en)2Cl2](NO3)2
7.
Natrium heksanitro kobaltat (III)
Terdapat 6
NO2-, satu Co3+, dan ion Na+
Muatan anion
kompleks = (6 x -1) + (1 x +3) = -3
Untuk membentuk
senyawa kompleks, dibutuhkan tiga ion Na+
Rumus
senyawa kompleks = Na3[Co(NO2)6]
8.
Tris-(etilendiamin) kobalt (III) sulfat
Terdapat 3
en, satu Co3+, dan ion SO42-
Muatan
kation kompleks = (3 x 0) + (1 x +3) = +3
Untuk
membentuk senyawa kompleks, dua kation kompleks membutuhkan tiga ion SO42-
Rumus
senyawa kompleks = ([Co(en)3])2(SO4)3
Bentuk ion
kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis kation logam
transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan melalui bilangan koordinasi.
Hubungan antara bilangan koordinasi terhadap bentuk ion kompleks dapat dilihat
pada tabel berikut :
Bilangan Koordinasi
|
Bentuk Ion Kompleks
|
2
|
Linear
|
4
|
Tetrahedral
atau Square Planar
|
6
|
Oktahedral
|
Unsur transisi periode keempat
umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh
(kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh
unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti),
Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc)
ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun
menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta
energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat
kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang
mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat
umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali
maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah
bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi
periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali
unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal
ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode
keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas
hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan
unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam
akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut.
Hal ini terlihat jelas pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar
reduksi negatif, unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya
lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang
dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan
Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang
lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut
memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun
Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang
terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan
titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam
golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur
transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat
memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini
disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab
itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion
positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan.
Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat
adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi
periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+,
Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+,
sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-,
Cr2O72-, dan MnO4-.
4.
Konfigurasi Elektron
Unsur Transisi Periode Keempat
Unsur
|
Nomor Atom
|
Konfigurasi
Elektron
|
Orbital
|
|||||||
3d
|
4s
|
|||||||||
Skandium (Sc)
|
21
|
(Ar) 3d1
4s2
|
|
|
||||||
Titanium (Ti)
|
22
|
(Ar) 3d2
4s2
|
|
|
||||||
Vanadium (V)
|
23
|
(Ar) 3d3
4s2
|
|
|
||||||
Krom (Cr)
|
24
|
(Ar) 3d5
4s1
|
|
|
||||||
Mangan (Mn)
|
25
|
(Ar) 3d5
4s2
|
|
|
||||||
Besi (Fe)
|
26
|
(Ar) 3d6
4s2
|
|
|
||||||
Kobalt (Co)
|
27
|
(Ar) 3d7
4s2
|
|
|
||||||
Nikel (Ni)
|
28
|
(Ar) 3d8
4s2
|
|
|
||||||
Tembaga (Cu)
|
29
|
(Ar) 3d10
4s1
|
|
|
||||||
Seng (Zn)
|
30
|
(Ar) 3d10
4s2
|
|
|
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2
tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya dengan konfigurasi
elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi (Ar) 3d10
4s1. Hal ini berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu
orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2
penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.
2.
KELIMPAHAN UNSUR-UNSUR DI ALAM DAN PRODUK-PRUDUK YANG MENGANDUNG UNSUR TRANSISI
PERIODE KEEMPAT
1.
Unsur-unsur
transisi periode keempat
Unsur unsur yang termasuk periode
keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn), skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni). Unsur
transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih
logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam
setelah O, Si, dan Al. Untuk lebih jelasnya keberadaan unsur transisi di alam
dapat dilihat dalam uraian berikut.
a. Skandium (Sc)
Skandium (Sc) terdapat dalam mineral
torvetit (Sc2SiO7).
b. Titanium (Ti)
Unsur ini terdapat dalam mineralrutil
(TiO2) yang terdapat dalam bijih besi sebagai ilmenit (FeTi)2O3
dan ferrotitanate (FeTiO3)
juga terdapat dalam karang, silikat, bauksit batubara, dan tanah liat.
c. Vanadium (V)
Vanadium terdapat dalam senyawa
karnotit (K-uranil-vanadat) [(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)],
dan vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).
d. Kromium (Cr)
Bijih utama dari kromium di alam
adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam
kromoker.
e. Mangan (Mn)
Bijih utamanya berupa pirulosit (batu
kawi) (MnO2), dan rodokrosit (MnCO3) dan diperkirakan
cadangan Mn terbesar terdapat di dasar lautan.
f. Besi (Fe)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup
melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan
dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih
besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3),
dan magnetite (Fe3O4).
Logam Besi bereaksi
dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Fe(s) +
2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) +
H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat
mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam
nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang
dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II)
antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning),
dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi
menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan
Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah
Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
g. Kobalt (Co)
Kobalt terdapat di alam sebagai
arsenida dari Fe, Co, Ni, dan dikenal sebagai smaltit, kobaltit (CoFeAsS) dan
eritrit Co3(AsO4)2.8H2O.
h. Nikel (Ni)
Nikel ditemukan dalam beberapa senyawa
berikut ini.
Sebagai senyawa
sulfida : penladit (FeNiS),
milerit (NiS)
Sebagai senyawa
arsen :
smaltit (NiCOFeAs2)
Sebagai senyawa
silikat : garnierit
(Ni.MgSiO3)
i.
Tembaga
(Cu)
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang
jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam
bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit)
CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O),
melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2).
Semua
senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O
yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna
biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam),
CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
j.
Seng
(Zn)
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai
senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), sebagai senyawa karbonat kelamin
(ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
2.
Tabel
beberapa mineral dari unsur-unsur transisi periode keempat
Logam
|
Nama Mineral
|
Rumus
|
Sc
|
Torvetit
|
Sc2SiO7
|
Ti
|
Rutile
Ilmenit
Ferrotitanate
|
TiO2
(FeTi)2O3
FeTiO3
|
V
|
Karnotit (K-uranil-vanadat)
vanadinit
|
K2(UO2)2 (VO4)2.3H2
Pb5(VO4)3Cl
|
Cr
|
Kromit
|
Cr2O3.FeO
|
Mn
|
Pirolusit
Manganit
Rodokrosit
|
MnO2
Mn2O3.H2O
MnCO3
|
Fe
|
Hematit
Magnetit
Pirit
Siderit
Limonit
|
Fe2O3
Fe3O4
FeS2
FeCO3
Fe2O3.H2O
|
Co
|
Kobaltit
Eritrit
|
CoAsS
Co3(AsO4)2.8H2O
|
Ni
|
Pentlandit
Milerit
Smaltit
Garnierit
|
FeNiS
NiS
NiCOFeAs2
Ni.MgSiO3
|
Cu
|
Garnerit
Kalkopirit
Kalkosite
Malachit
Bornit
Kuprit
Melkonit
|
H2(NiMg)SiO4.2H2O
CuFeS2
Cu2S
Cu2(OH)2CO3
Cu3FeS3
Cu2O
CuO
|
Zn
|
Seng blende
Smith sonite
|
ZnS
ZnCO3
|
3.
SIFAT
KIMIA UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
1.
Jari-Jari
Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke
Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka
semakin besar pula gaya tarik intinya, sehingga jarak elektron pada jarak
terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung
bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umum
Ionization Energy (IE) meningkat dari
Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada
pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada
subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d,
sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak
pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi
antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion,
maka elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur
transisi periode keempat mempunyai elektron pada kulit terluar 4s2,
sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada subkulit 4s1.
4.
Sifat-sifat kimia
1.
Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia
maupun dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali
seng yang agak tinggi), sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula,
harga titik didih dan titik lelehnya relatif tinggi (kecuali Zn yang membentuk
TD dan TL relatif rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsur
transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital
yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen)
disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga
titik lelehnya rendah.
Semua unsur
transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua unsur
transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol-1
dan keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.
2. Bilangan oksidasi
Senyawa-senyawa unsur transisi di
alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Walaupun unsur
transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali.
Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital
d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s)
dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1) d1ns2,
bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1) d5ns2,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5,
situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1) d6ns2,
bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan
oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting
seperti Kobal (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Zink (Zn) lebih rendah dari
bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n-1) d dan ns-nya. Di
antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan
oksidasi semakin tinggi unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
Senyawa-
senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari
satu. Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron
valensinya. dengan demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya
relatif lebih kecil daripada golongan utama.
NOMOR ATOM
|
LAMBANG UNSUR
|
KONFIGURASI
ELEKTRON
|
NOMOR GOLONGAN
PADA TABEL PERIODIK
|
21
|
Sc
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2
|
III B
|
22
|
Ti
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d2 4s2
|
IV B
|
23
|
V
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2
|
V B
|
24
|
Cr
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s1
|
VI B
|
25
|
Mn
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2
|
VII B
|
26
|
Fe
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2
|
VIII B
|
27
|
Co
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d7 4s2
|
VIII B
|
28
|
Ni
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d8 4s2
|
VIII B
|
29
|
Cu
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
|
I B
|
30
|
Zn
|
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2
|
II B
|
3. Sifat Magnet
Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan
unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan
magnet). Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula
sifat paramagnetiknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh,
maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).
4. Membentuk
Senyawa-Senyawa Berwarna
Senyawa unsur transisi
(kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik padatan maupun
larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan adanya
orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi
pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi)
menyebabkan terjadinya warna pada senyawa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan
Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta
senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi
penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
5.
Mempunyai Beberapa
Tingkat
Oksidasi
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode
keempat mempunyai beberapa tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin
bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan
senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat
logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air.
Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan
senyawa dengan oksoaniaon, fluoride, dan oksofluorida.
Tabel Tingkatan
Oksidasi Golongan Transisi
Unsur
|
Tingkat Oksidasi
|
Tingkat Oksidasi yang Stabil
|
Sc
|
+3
|
+3
|
Ti
|
+2,+3,+4
|
+4
|
V
|
+2,+3,+4,+5
|
+5
|
Cr
|
+2,+3,+4,+5,+6
|
+3,+6
|
Mn
|
+2,+3,+4,+5,+6,+7
|
+2,+4,+7
|
Fe
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Co
|
+2,+3
|
+2,+3
|
Ni
|
+2
|
+2
|
Cu
|
+1,+2
|
+1,+2
|
Zn
|
+2
|
+2
|
6. Membentuk Ion Kompleks
Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu
kation (biasanya ion logam transisi) yang meningkat beberapa anion atau molekul
netral. Selanjutnya, kation itu disebut ion pusat dan anion atau molekul netral
yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Pada ion kompleks [Cu(Cn)4]2-
dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan
Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan Cn- dan H2O
adalah ligan.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau
jumlah atom donor yang terkait pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+
pada [Cu(Cn)4]2- adalah 4 dan bilangan koordinasi ion Fe2+
pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Ligan adalah spesi yang memiiliki atom yang dapat
menjadi donor sepasang elektron pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis,
sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis. Ligan dapat berupa ion monoatomik
(tapi bukan atom netral), seperti ion halida ; berupa anion, seperti CN-
dan NO2- ,berupa molekul sederhana, seperti NH3
dan H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).
Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+
= Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+
= Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+
= Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+
= Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+
= Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+
= Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+
→ atom pusat : Cr3+
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 =
6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2- = Tetra siano
Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano
Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano
Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano
Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3-
= Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- → atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)
7.
Sebagai Katalisator
Salah
satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk
menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang
dapat mempercepat reaksi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang
berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion
Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara
komersial sebagai katalis pada proses industry seperti TiCl3 (Polimerasasi
alkena pada pembuatan plastic), V2O5(proses kontak pada
pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan
formalin).
4.
MANFAAT,
DAMPAK DAN PROSES PEMBUATAN UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
A.
MANFAAT UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
1.
Skandium
(Sc)
Skandium
merupakan unsur yang jarang terdapat di alam, walaupun ada cenderung dalam
bentuk senyawa dengan bilangan oksidasi +3 misalnya ScCl3, Sc2O3.
Senyawa tidak berwarna dan bersifat diamagnetik, hal ini disebabkan ion Sc3+
sudah tidak memiliki elektron dalam orbital d nya.
Kira-kira
20 kg (dalam bentuk Sc2O3) skandium digunakan setiap
tahun di Amerika Serikat untuk membuat lampu berkeamatan tinggi. Skandium
iodida yang dicampur ke dalam lampu wap raksasa akan menghasilkan sumber cahaya
buatan kecekapan tinggi yang menyerupai cahaya matahari dan membolehkan salinan
warna yang baik untuk kamera televisi. Lebih kurang 80 kg skandium digunakan
sejagat setiap tahun dalam pembuatan lampu mentol. Isotop radioaktif Sc-46
digunakan dalam peretak pelapis minyak sebagai agen penyurih.
Penggunaan
utamanya dari segi isi padu adalah aloi aluminium-skandium untuk industri
aeroangkasa dan juga untuk peralatan sukan (basikal, bet besbol, senjata api,
dan sebagainya) yang memerlukan bahan berprestasi tinggi. Apabila dicampur
dengan aluminium.
2.
Titanium
(Ti)
Titanium banyak digunakan dalam industri dan
konstruksi :
a.
Titanium digunakan sebagai bahan
konstruksi karena mempunyai sifat fisik :
1.
Rapatannya rendah (logam ringan),
2.
Kekuatan strukturnya tinggi,
3.
Tahan panas,
4.
Tahan terhadap korosi,.
b.
Titanium digunakan sebagai badan pesawat
terbang dan pesawat supersonik, karena pada temperatur tinggi tidak mengalami
perubahan kekuatan (strenght).
c.
Titanium digunakan sebagai bahan katalis
dalam industri polimer polietlen.
d.
Titanium digunakan sebagai pigmen putih,
bahan pemutih kertas, kaca, keramik, dan kosmetik.
e.
Titanium digunakan sebagai katalis pada
industri polimer.
f.
Karena kerapatan titanium relatif rendah
dan kekerasannya tinggi. Logam ini digunakan untuk bahan struktural terutama
dalam mesin jet, karena mesin jet memerlukan massa yang ringan tetapi stabil
pada suhu tinggi.
g.
Karena logam titanium tahan terhadap
cuaca, sehingga dapat digunakan untuk bahan pembuatan pipa, pompa, dan tabung
reaksi dalam industri kimia.
3.
Vanadium
(V)
Vanadium banyak digunakan dalam industri-industri
seperti :
a.
Untuk membuat peralatan yang membutuhkan
kekuatan dan kelenturan yang tinggi seperti per mobil dan alat mesin
berkecepatan tinggi,
b.
Untuk membuat logam campuran,
c.
Oksida vanadium (V2O5)
digunakan sebagai katalis dalam pembuatan asam sulfat dengan proses kontak.
d.
Umumnya digunakan untuk paduan dengan
logam lain seperti baja tahan karat dan baja untuk peralatan berat karena
sifatnya merupakan logam putih terang, relatif lunak dan liat, tahan terhadap
korosif, asam, basa, dan air garam.
e.
V2O5 digunakan
sebagai katalis pada proses pembuatan asam sulfat dan digunakan sebagai reduktor.
4.
Khromium
(Cr)
Adapun kegunaan kromium antara lain sebagai berikut
:
1.
Khromium digunakan untuk mengeraskan
baja, pembuatan baja tahan karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran)
yang berguna.
2.
Kebanyakan khromium digunakan dalam
proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah
dan juga dapat mencegah korosi.
3.
Khromium juga dapat memberikan warna
hijau emerald pada kaca.
4.
Khromium juga luas digunakan sebagai
katalis.
5.
Industri refraktori menggunakan khromit
untuk membentuk batu bata, karena khromit memiliki titik cair yang tinggi,
pemuaian yang relatif rendah dan kestabilan struktur kristal.
6.
Digunakan untuk katalis dan untuk
pewarna gelas.
7.
Campuran kromium (IV) oksida dan asam
sulfat pekat mengahasilkan larutan pembersih yang dapat digunakan untuk
mengeluarkan zat organik yang menempel pada alat-alat laboratorium dengan hasil
yang sangat bersih, tetapi larutan ini bersifat karsinogenik (menyebabkan
penyakit kanker).
5.
Mangan
(Mn)
Mangan
merupakan logam putih kemerahan atau putih kehijauan, keras (lebih keras dari
besi), sangat mengkilap, dan sangat reaktif banyak digunakan untuk panduan
logam dan membentuk baja keras yang digunakan untuk mata bor pada pemboran
batuan.
Di
samping itu, Mangan Oksida (sebagai pilorusit) digunakan sebagai depolariser
dan sel kering baterai dan untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan
oleh pengotor besi. Mangan sendiri memberi warna lembayung pada kaca.
Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan khlorin, dan dalam pengeringan
cat hitam. Senyawa permanganat adalah oksidator yang kuat dan digunakan dalam
analisis kuantitatif dan dalam pengobatan. Mangan juga banyak tersebar dalam
tubuh. Mangan merupakan unsur yang penting untuk penggunaan vitamin B.
6.
Besi
(Fe)
Kegunaan
utama dari besi adalah untuk membuat baja. Baja adalah istilah yang digunakan
untuk semua aloi dari besi (aliase). Baja aliase, yaitu baja spesial yang
mengandung unsur tertentu sesuai dengan sifat yang diinginkan. Salah satu
contoh baja yang terkenal adalah stainless steel, yang merupakan baja tahan
karat.
Berikut urai beberapa kegunaan dari besi :
1.
Sebagai logam, besi memiliki kegunaan
paling luas dalam kehidupan, seperti untuk kontruksi atau rangka bangunan,
landasan, untuk badan mesindan kendaraan, tulkit mobil, untuk berbagai
peralatan pertanian, bangunan dan lain-lain. Mutu dari semua bahan yang terbuat
dari besi tergantung pada jenis besi yang digunakan, seperti:
a.
Baja krom (95,9% Fe; 3,5%Cr; 0,3%Mn;
0,3%C)
b.
Baja mangan (11-14%Mn)
c.
Baja karbon (98,1% Fe; 1% Mn; 0,9%C)
d.
Baja wolfram (94%Fe; 5%W; 0,3%Mn; 0,7%C)
2.
Fe(OH)3 digunakan untuk bahan
cat seperti cat minyak, cat air, atau cat tembok.
3.
Fe2O3 sebagai
bahan cat dikenal nama meni besi,
digunakan juga untuk mengkilapkan kaca.
4.
FeSO4 digunakan sebagai bahan
tinta.
7.
Kobalt
(Co)
Kobalt
merupakan logam putih keperakan dengan sedikit kebiruan bila digosok langsung
mengkilap lebih keras dan lebih terang dari pada nikel, tahan terhadap udara,
sehingga banyak digunakan untuk pelapis logam. Selain itu juga digunakan
sebagai katalis, untuk paduan logam (baja kobalt) digunakan sebagai bahan
magnet permanen. Campuran Co, Cr, dan W digunakan untuk peralatan berat dan
alat bedah atau operasi. Campuran Co, Fe, dan Cr (logam festel) digunakan untuk
elemen pemanas listrik.
Kobalt
yang dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat alnico, alloy
dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai keperluan. Alloy stellit,
mengandung kobalt, khromium, dan wolfram, yang bermanfaat untuk peralatan
berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun peralatan yang
digunakan pada kecepatan yang tinggi.
Kobalt
juga diguanakan untuk baja magnet dan tahan karat lainnya. Selain alloy,
digunakan dalam turbin jet, dan generator turbin gas. Logam diguanakan dalam
elektropalting karena sifat penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan
oksidasinya.
Garam
kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan warna biru
brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik, dan lapis e-mail gigi.
Garam kobalt adalah komponen utama dalam membuat biru Sevre dan biru Thenard. Larutan
kobalt klorida digunakan sebagai pelembut warna tinta. Kobalt digunakan secraa
hati-hati dalam bentuk klorida, sulfat, asetat, dan nitrat karena telah
dibuktikan efektif dalam memperbaiki penyakit kekurangan mineral tertentu pada
binatang. Tanah yang layak mengandung hanya 0.13 – 0.30 ppm kobalt untuk
makanan binatang.
8.
Nikel
(Ni)
Nikel banyak digunakan untuk hal-hal berikut ini:
1.
Merupakan logam putih perak keabuan,
dapat ditempa, penghantar panas yang baik dan tahan terhadap udara, tetapi
tidak tahan terhadap air yang mengandung asam sehingga banyak digunakan sebagi
komponen pemanas listrik (nikrom) yang merupakan campuran dari Ni, Fe, dan Cr.
2.
Perunggu-nikel digunakan untuk uang
logam.
3.
Perak jerman (paduan Cu, Ni, Zn)
digunakan untuk barang perhiasan.
4.
Logam rasein (paduan Ni, Al, Sn, Ag)
untuk barang perhiasan.
5.
Pembuatan aloi, battery electrode, dan
keramik.
6.
Zat tambahan pada besi tuang dan baja,
agar mudah ditempa dan tahan karat.
7.
Pelapis besi (pernekel).
8.
Sebagai katalis.
9.
Tembaga
(Cu)
Tembaga
merupakan logam berwarna kemerahan, mengkilap bila digosok dapat ditempa,
penghantar panas pada listrik yang baik, tidak mudah berkarat tetapi bila
terkena udara warnanya menjadi hijau oleh terbentuknya tembaga karbonat. Banyak
digunakan sebagai rangakian atau peralatan listrik, kabel listrik, dan untuk
paduan logam.
CuSO4
(terusi) banyak digunakan untuk larutan elektrolit dalam sel elektrokimia,
campuran terusi dan Ca(OH)2 dengan sedikit air dapat digunakan
memberantas kutu dan jamur.
Tembaga banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti untuk kabel listrik, bahan uang logam, untuk bahan mesin
pembangkit tenaga uap dan untuk aloi.
10.
Seng
(Zn)
Logam seng berguna untuk hal-hal sebagai berikut:
1.
Merupakan logam cukup keras, terang
berwarna putih kebiruan, tahan dalam udara lembab dibanding Fe. Hal ini
disebabkan diatas lapisan permukaan seng terbentuk lapisan karbonat basa (Zn2(OH)2CO3)
yang dapat menghambat oksidasi lebih lanjut. Karena sifat tersebut, maka seng
banyak digunakan untuk melapisi logam besi (disebut kaleng)
2.
Digunakan juga sebagai elektroda pada
elektroda (katoda) pada sel elektrokimia dan untuk pembuatan paduan logam.
3.
ZnO digunakan untuk bahan cat untuk
memberikan warna putih dan digunakan untuk pembuatan salep seng (ZnO-vaselin).
4.
Logam ini digunakan untuk membentuk
berbagai campuran logam dengan metal lain. Kuningan, perak nikel, perunggu,
perak Jerman, solder lunak dan solder aluminium adalah beberapa contoh campuran
logam tersebut.
5.
Seng dalam jumlah besar digunakan untuk
membuat cetakan dalam industri otomotif, listrik, dan peralatan lain
semacamnya.
6.
Campuran logam Prestal, yang mengandung
78% seng dan 22% aluminium dilaporkan sekuat baja tapi sangat mudah dibentuk
seperti plastik. Prestal sangat mudah dibentuk dengan cetakan murah dari
keramik atau semen.
7.
Seng juga digunakan secara luas untuk
menyepuh logam-logam lain dengan listrik seperti besi untuk menghindari
karatan.
8.
Seng oksida banyak digunakan dalam
pabrik cat, karet, kosmetik, farmasi, alas lantai, plastik, tinta, sabun,
baterai, tekstil, alat-alat listrik dan produk-produk lainnya.
9.
Lithopone, campuran seng sulfida dan
barium sulfat merupakan pigmen yang penting. Seng sulfida digunakan dalam
membuat tombol bercahaya, sinar X, kaca-kaca TV, dan bola-bola lampu
fluorescent. Klorida dan kromat unsur ini juga merupakan senyawa yang banyak
gunanya.
10.
Seng juga merupakan unsur penting dalam
pertumbuhan manusia dan binatang. Banyak tes menunjukkan bahwa binatang
memerlukan 50% makanan tambahan untuk mencapai berat yang sama dibanding
binatang yang disuplemen dengan zat seng yang cukup.
B. Dampak negative unsur-unsur transisi
periode keempat
Logam
besi mudah terkorosi dalam udara lembap, dalam bentuk senyawa kompleks [k4Fe(CN)6.3H2O],
unsur ini bersifat racun bagi tumbuhan. Tembaga mudah terbakar dalam bentuk
serbuk, dalam bentuk senyawa CuCl2 melalui pernapasan dapat
menyebabkan keracunan. Asam kromium CrO3 beracun dan bersifat
karsinogenik. Dan dampak negative sebagai berikut:
1.
Limbah Fe
Pada pengolahan logam besi, jika
limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang
tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam air
sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.
2.
Cr dalam penyamakan kulit
Krom digunakan dalam penyamakan
kulit untuk mencegah mengerutnya bahan sewaktu pencucian. Krom ini sangat
beracun dan menyebabkan kanker.
3.
Mn dalam pengelasan dan pembuatan
baja
Pada pengelasan dan pembuatan baja
dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap dalam jumlah yang banyak. Asap ini
bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf pusat.
4.
Cu
Pada penambangan tembaga, akan
terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang
ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di perairan tersebut.
C.
PROSES PEMBUATAN UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT
A.
PENGOLAHAN
LOGAM DARI BIJIH (METALURGI)
Sebagian
besar logam terdapat di alam dalam bentuk senyawa. Hanya sebagian kecil
terdapat dalam keadaan bebas seperti emas, perak dan sedikit tembaga. Pada
umumnya terdapat dalam bentuk senyawa sulfida dan oksida, karena senyawa ini
sukar larut dalam air. Contohnya : Fe2O3, Cu2S,
NiS, ZnS, MnO2.
Pengolahan
logam dari bijih disebut metalurgi. Bijih adalah mineral atau benda alam
lainnya yang secara ekonomis dapat diambil logamnya. Karena logam banyak
terdapat dalam bentuk senyawa (oksida, sulfida), maka prosesnya selalu reduksi.
Ada tiga tingkat proses pengolahan, yaitu :
1. Menaikan
konsentrasi bijih.
2. proses
reduksi
3. Pembersihan,
pembuatan aliase dan pemurnian
1.
Menaikan Konsentrasi Bijih.
Memisahkan
bijih dari campurannya misalnya dengan ditumbuk, lalu dipisahkan dengan
berbagai cara, misalnya :
a.
Dicuci dengan air.
b.
Diapungkan dengan deterjen atau zat
pembuih (flotasi)
c.
Dipisahkan dengan magnet
d.
Dengan pemanggangan. Bijih dipanaskan di
udara terbuka,menghasilkan oksidanya. 2 ZnS + 3 O2 2ZnO + 2 SO2
e.
Dilarutkan sehingga terbentuk senyawa
kompleks.
2.
Proses Reduksi
Umumnya
menggunakan reduktor yang murah yaitu karbon (kokes). Untuk logam yang reaktif
digunakan reduktor yang lebih kuat seperti hidrogen, logam alkali tanah dan
alumunium. Logam-logam yang sangat reaktif dilakukan reduksi elektrolisis
(reduksi katodik)
a.
Reduksi dengan karbon (C) :
ZnO
+ C Zn + CO
Fe2O3
+ 3 CO 2 Fe + 3CO2
b.
Reduksi dengan logam yang lebih reaktif
:
TiCl4
+ 2 Mg Ti + 2MgCl2
Cr2O3
+ 2 Al 2 Cr + Al2O3
3.
Proses Pemurnian (refining)
Dengan
proses-proses peleburan, destilasi atau dengan elektrolisis. Proses peleburan
misalnya untuk memperoleh tembaga 99% untuk membuat baja dan sebagainya. Untuk
memperoleh tembaga yang murni untuk keperluan teknik listrik dilakukan dengan
elektrolisis. Dengan destilasi misalnya pada pembuatan air raksa dan seng. Berikut
ikhtisar mineral dan cara memperoleh logam transisi periode 4.
Tabel Mineral
dan cara memperoleh logam transisi periode keempat
Unsur
|
Bijih/mineral
|
Senyawa yang direduksi
|
Reduktor
(Keterangan)
|
|
Sc
|
Thorvitit
|
kompleks
|
Elektrolisis
|
|
Ti
|
Rutile, TiO2
|
TiCl4
|
Mg atau Na
|
|
V
|
Carnolite, V2O5
|
V2O5
|
Al
|
|
Cr
|
Chromite, FeCr2O4
|
Na2Cr2O7
|
C atau Al
|
|
Mn
|
Pyrolucite, MnO2
|
Mn3O4
|
Al
|
|
Fe
|
Haematite, Fe2O3
|
Fe2O3
|
C atau CO
|
|
Magnetite, Fe3O4
|
||||
Co
|
Cobaltite, Co As S
|
Co3O4
|
Al
|
|
Ni
|
Millerite, NiS
|
NiO
|
C
|
|
Cu
|
Copper glance, CuS
|
Cu2S
|
C
|
|
Zn
|
Zink blende, ZnS
|
ZnO
|
C atau CO
|
* Reduksi sendiri : Cu2S(s) +
O2 (g) 2 Cu(s) + SO2(g)
4.
B.
BESI DIEKSTRAKSI DARI OKSIDASI BESI DENGAN REDUKTOR KARBON
PENGOLAHAN BESI BAJA
Bahan dasar
: Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4,
bahan tambahan batu gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2).
Reduktor kokes (C)
Dasar reaksi
: Reduksi dengan gas CO, dari pembakaran tak sempurna C
Tempat :
Dapur tinggi (tanur tinggi), yang dindingnya terbuat dari batu tahan api.
Reaksi
dalam dapur tinggi adalah kompleks. Secara sederhana dapat dilihat pada
penjelasan berikut. Dalam 24 jam rata-rata menghasilkan 1.000 – 2.000 ton besi
kasar dan 500 ton kerak (terutama CaSiO3). Kira-kira 2 ton bijih, 1
ton kokes dan 0,3 ton gamping dapat menghasilkan 1 ton besi kasar.
Reaksi yang terjadi :
1. Reaksi
pembakaran.
Udara
yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan panas.
Gas CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C
+ O2 CO2
CO2
+ C 2CO
2. Proses
reduksi
Gas
CO mereduksi bijih.
Fe2O3
+ 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4
+ 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian mleleh
karena suhu t inggi (1.5000C)
3. Reaksi
pembentukan kerak
CaCO3
CaO + CO2
CaO
+ SiO2 CaSiO3 kerak
Karena
suhu yang tinggi baik besi maupun kerak mencair. Besi cair berada di bawah.
Kemudian dikeluarkan melalui lubang bawah, diperoleh besi kasar dengan kadar C
hingga 4,5%. Disamping C mengandung sedikit S, P, Si dan Mn. Besi kasar yang
diperoleh keras tetapi sangat rapuh lalu diproses lagi untuk membuat baja
dengan kadar C sebagai berikut :
1. baja ringan kadar C : 0,05 – 0,2 %
2.
baja medium kadar C : 0,2 – 0,7 %
3. baja
keras kadar C : 0,7 – 1,6 %
Pembuatan baja :
Dibuat
dari besi kasar dengan prinsip mengurangi kadar C dan unsur-unsur campuran yang
lain. Ada 3 cara :
1. Proses
Bessemer
Besi
kasar dibakar dalam alat convertor Bessemer. Dari lubang-lubang bawah
dihembuskan udara panas sehingga C dan unsur-unsur lain terbakar dan keluar
gas. Setelah beberapa waktu kira-kira ¼ jam dihentikan lalu dituang dan
dicetak.
2. Open-hearth
process
Besi
kasar, besi tua dan bijih dibakar dalam alat open-hearth. Oksida-oksida besi
(besi tua, bijih) bereaksi dengan C dan unsur-unsur lain Si, P, Mn terjadi besi
dan oksida-oksida SiO2, P2O5, MnO2
dan CO2. dengan demikian kadar C berkurang.
3. Dengan
dapur listrik.
Untuk
memperoleh baja yang baik, maka pemanasan dilakukan dalam dapur listrik. Hingga
pembakaran dapat dikontrol sehingga terjadi besi dengan kadar C yang tertentu.
5.
Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang
dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk
berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode keempat terdiri
dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium
(Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng
(Zn).
Beberapa sifat logam:
· Sifat logam sangat keras,
tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik. Pengecualian
untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis. Banyak di antaranya dapat
membentuk ion – ion berwarna yang berubah – ubah menurut keadaan
bilangan oksidasinya :
1.
Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya
0 atau positif.
2.
Dapat membentuk senyawa kompleks.
· Memiliki elektron tidak
berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh tinggi,
bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
Kegunaan
unsure-unsur periode keempat :
a. Skandium digunakan
pada lampu intensitas tinggi
b. Titanium digunakan
pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
c. Vanadium digunakan
untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan belerang.
d. Kromium digunakan
untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
e. Mangan digunakan untuk
bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan alat-alat listrik dan sebagai
alloy mangan-besi atau ferromanganese.
f. Besi digunakan untuk
pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer, dan pita rekaman.
g. Kobalt digunakan untuk
membuat aliansi (paduan logam)
h. Nikel digunakan untuk
melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
i.
Tembaga digunakan untuk kabel – kabel, pipi – pipa, kaleng makanan dan
untuk alat-alat elektronik.
j.
Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan
bahan cat putih, dan antioksidan dalam pembuatan ban mobil.
6.Saran
Manfaatkanlah unsur transisi periode
keempat yang ada di bumi dengan sebaik-baiknya dan tidak berlebihan karena
dapat menimbulkan dampak negatif juga serta jangan disalahgunakan dalam
penggunaannya.
0 komentar